Selain memastikan infrastruktur kampus inklusif, Universitas Lampung (Unila) juga menaruh perhatian besar pada penguatan kapasitas sumber daya manusia pada proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Tinggi (RSPTN) Unila. Melalui program Gender Action Plan (GAP), tim proyek HETI melaksanakan serangkaian pelatihan bagi 1.100 staf Unila. Target partisipasi minimal 50% perempuan menjadi fokus utama kegiatan ini.
Pelatihan mencakup berbagai kegiatan penting yang mendukung riset dan inovasi. Ada in-house training untuk peningkatan riset medis, fellowship di laboratorium IPB, serta pelatihan analisis gender dalam riset inovasi kesehatan. Pelatihan analisis gender ini dilaksanakan pada 3 November 2025 sebagai bagian dari agenda besar GAP.
Data Design and Monitoring Framework (DMF) 2025 menunjukkan bahwa 79,5% peserta pelatihan adalah perempuan. Fakultas Kedokteran mendominasi dengan lebih dari 80% peserta perempuan. Fakultas lain seperti Sains, Ekonomi & Bisnis, serta Pertanian juga turut berpartisipasi meski jumlahnya lebih kecil.
Di bidang riset, komitmen kesetaraan gender terlihat jelas dalam proposal yang diajukan. Dari 84 proposal riset tahun 2025, rata-rata 58–62% melibatkan peneliti perempuan. Bahkan, terdapat satu proyek multi-tahun yang sudah menerapkan analisis gender secara eksplisit dalam desain penelitiannya.
Untuk memperluas dampak GAP, tim HETI bersama PMSC Gender Specialist mengembangkan modul pelatihan Kesetaraan Gender, GBV-SEAH, dan Inklusi Disabilitas. Modul ini akan menjadi materi pembelajaran internal bagi civitas akademika Unila. Uji coba modul akan dilakukan dalam kampanye “16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP)”.
Sepanjang tahun 2025, tim GAP Unila juga aktif mengikuti berbagai kegiatan nasional. Mereka berpartisipasi dalam pelatihan Advancing Gender Equality and Disability Inclusion, seminar GAP di ITS Surabaya, serta rapat koordinasi internal. Aktivitas ini memperkuat komitmen Unila dalam membangun kapasitas SDM yang inklusif dan berdaya saing.
Dengan langkah-langkah tersebut, Unila menegaskan komitmennya untuk tidak hanya membangun infrastruktur yang inklusif. Kampus juga memperkuat kapasitas SDM perempuan agar mampu berkontribusi lebih besar dalam riset dan inovasi. Hal ini menempatkan Unila sebagai pionir perguruan tinggi yang peduli pada kesetaraan dan keberagaman. (dedi)
